Senin, 22 April 2019

Mengenal Nila Kekar, Nila Unggul dari Keluarga Kartoyo



Nila Kekar hasil budidaya di wadah Jakapung, di Waduk Karangkates, Malang (Foto: Bambang Sugianto)
Ikan Nila Kekar merupakan salah satu ikan nila jenis unggul  yang banyak diminati oleh masyarakat. Meski belum secara resmi dirilis oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai jenis ikan yang memiliki keunggulan,  strain ikan Nila Kekar  yang asalnya dari Pasuruan, jawa Timur ini sudah berkembang di sejumlah wilayah di Indonesia.

Nama Kekar dipakai untuk menyebut strain nila unggul ini karena bentuk tubuh jenis nila yang satu ini memang terlihat kekar (tebal).  Melihat sepintas sosok tubuhnya, selain berdaging tebal bentuk tubuh ikan Nila Kekar tidak memanjang seperti jenis nila lainnya, tapi cenderung melebar  dengan bentuk kepala yang kecil.  Dilihat dari samping ikan nila ini memiliki punggung yang tinggi seolah berpunuk.

Ada juga yang menyebut nama Kekar merupakan singkatan dari Keluaran Kartoyo. Nama Kartoyo menjadi embel-embel di belakang Nila ini  karena Kartoyo merupakan pemulia dari ikan Nila tersebut. Selain dikenal sebagai pemerhati dan pemulia ikan nila, Kartoyo yang alumni Sekolah Perikanan Darat Menengah Atas (SPDMA) Bogor tahun 1970 ini sebelumnya adalah pimpinan dari sebuah Balai Benih Ikan (BBI) Sentral  Umbulan, Pasuruan yang belakangan berganti nama menjadi Pusat Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Umbulan, Pasuruan.

“Dulu nama Kekar memang singkatan dari Keluaran Kartoyo. Saat ini singkatan dari Keluarga Kartoyo karena pemuliaan nila jenis ini sudah ditangani anak dan keluarga. Saya hanya melakukan pengawalan saja agar upaya pemuliaan tetap pada jalur  semestinya sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan,” ujar Kartoyo yang sudah pensiun sebagai PNS pada tahun 2004 ini saat dihubungi melalui HP.


Kartoyo, pemulia ikan Nila Kekar

Hasil seleksi Individu
Menurut Kartoyo,  pemuliaan ikan Nila Kekar sudah dimulai sejak  lama  saat dirinya bekerja di BBI Umbulan dan dirilis pada tahun 2007 saat dirinya bergabung dengan CP Prima dengan nama ikan nila Kekar 07. Nila Kekar 07 ini  merupakan hasil seleksi persilangan dari ikan nila JICA, Merah Singapura dan Merah Citralada dari BBI Cangkringan (Yogyakarta),  Ikan Nila Wanayasa dari BBI Wanayasa (Purwakarta, Jawa Barat) dan Ikan Nila lokal yang diperoleh dari tambak di Sidoarjo.

Berikutnya tahun 2010 dikeluarkan Nila Kekar  010 yang merupakan persilangan dari nila Kekar 07, Nila Lokal (liar) dari waduk Karangkates (Malang), Nila  Gesit F1 (Keturunan pertama) dari PBIAT Umbulan, Nila Lokal dari tambak di Situbondo dan Nila Kekar 07 F1. Pada tahun 2012 kembali dikeluarkan Nila Kekar 012 yang merupakan hasil persilangan individu dari ikan nila Kekar 010 Grade 1 dan Grade 2 dari hasil budidaya di KJA Waduk Grati (Pasuruan), Nila BEST dari BBI Klemunan (Blitar) dan Nila Genomart dari  Kolam Mentaris.

Kemudian pada tahun 2015, Kartoyo kembali mengeluarkan Nila Kekar 015 yang merupakan hasil persilangan individu dari Nila Kekar 010 dari KJA Grati, Kekar 010 dari Perkolaman stasiun Kekar dan Nila dari BBI Penataan (Pasuruan), Nila Gesit jantan dari BBI Puri (Mojokerto) dan Nila Sultana Betina dari BBI Klemunan (Blitar) . “Saat ini yang banyak berkembang di masyarakat adalah Nila Kekar 015 yang merupakan hasil pemuliaan dan seleksi yang kami lakukan selama bertahun-tahun,” jelas Kartoyo, lelaki kelahiran Bojonegoro yang tinggal di Lamongan ini 

Keunggulan Nila Kekar
Lantas apa keunggulan dari Nila Kekar ? Menurut Kartoyo Nila Kekar memiliki sejumlah keunggulan. Di antaranya  bisa dipelihara di kolam air tawar dan tambak air payau yang bersalinitas 15 – 20 promil.  Nila Kekar juga memiliki pertumbuhan yang pesat.  Benih nila kekar yang berukuran 1-2 Cm (berat sekitar 0,1 gram) dipelihara di tambak selama 3-4 bulan sudah bisa dipanen dengan berat rata-rata 200 gram/ekor dengan nilai konversi pakan (FCR) 1,0- 1,3. 
Nila Kekar betina
 
Nila Kekar Jantan

Keunggulan lainnya, ikan Nila Kekar sampai umur 6-7 bulan tidak  berkembang biak (belum matang gonad) sehingga bisa dipelihara di wadah budidaya dalam kurun waktu tersebut untuk mencapai pertumbuhan tubuh maksimal hingga  pada kisaran 500 – 1000 gram per ekor. Ukuran yang ideal untuk dijadikan dan dijual dalam bentuk fillet untuk pasaran luar negeri atau restoran-restoran mewah dan hotel berbintang.  

Menurut Kartoyo, berdasarkan hasil uji coba budidaya Nila Kekar 010 di Jakapung Danau Toba selama sekitar 12 bulan bisa mencapai bobot 1 Kg/ekor. "Saat ini galur murni Kekar 010 sudah tidak ada. Sudah diformulakan di Kekar 015.  Nila Kekar 015 pada umur 7 bulan beratnya  rata-rata 500 gram/ekor," katanya.
Nila Kekar 010 hasil budidaya di Jakapung Danau Toba (Foto: Dwi Ahmad Aris)

Disebutkan benih sebar Nila Kekar 015 yang dibudidayakan dalam kurun waktu 3-4 bulan, 85 persen hasilnya mencapai berat rata-rata 200 gram dan 15 persennya lagi hingga 7 bulan dapat menghasilkan bobot rata-rata 500 gram/ekor.

"Saat ini benih sebar sudah full booking sejak dua tahun yang lalu. Kalau pesanan benih calon induk kelas induk pokok masih bisa dilayani," katanya.
   
Bagi yang berminat mengembangkan Nila Kekar dan konsultasi terkait harga benih dan calon induknya, silakan kontak langsung pemulia dan penghulunya,  Bapak Kartoyo di WA 081330770560.  (Agus Rochdianto)

Kamis, 18 April 2019

Suyatna, Penyuluh Perikanan yang Juga Sastrawan



Melihat Surat Kenal Lahirnya, nama lelaki Alumni SUPM Bogor tahun 1983 ini cukup singkat, hanya satu kata Suyatna.  Saat masih sekolah di SUPM Bogor oleh teman-temannya dengan nama Nano, Yatno atau Suyatno.  Itu dulu. Saat ini oleh teman-temannya di Face Book, Suyatna  lebih populer dipanggil dengan nama Nano Suyatno alias mBah Giwang. “Nama lengkap saya sebenarnya Raden Haryo Tamtomo (RHT) Suyatna Adiguna,” kata lelaki kelahiran Yogyakarta 2 Maret 1962 ini suatu ketika.

Sejak lahir hingga duduk di bangku SMP,  Suyatna kecil tinggal di kampung halamannya di sekitar Keraton Yogyakarta. Lulus dari SMP, Yatno lantas merantau ke Bogor melanjutkan sekolah di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri di Kampus Cikaret.

Selama tiga tahun hidup di Asrama Cikaret, bapak tiga orang anak ini paling hoby bikin pusi. Khususnya puisi-puisi tentang cinta. Untuk memperdalam ilmunya tentang puisi, dalam kegiatan ekstra kurikuler dirinya mengambil kegiatan Sastra. Dari hasil ekstra kurikuler ini, bakat Suyatno menulis puisi semakin terasah. 

Berikut ini salah satu puisi tentang cinta yang pernah ditulisnya



 
Ku Rasa Pada Mu ( buat dinda L )

dik kenapa tak boleh rindu
saat tandang dipintu rumah
senyum pun terasa pahit
ahhh dik
disitu aku pernah rindu
sebenarnya sekarang pun masih
terhanyut di kesiur angin dik

dik jika esuk dan esukNYA lagi
kita harus saling membunuh rasa
pasti kita bahagia menyajikan luka
diantara kisah kisah lelana
dik disitu masih kan ada
catatan kusam dibingkai bunga
dik wangi itu pasti rasa kita

dik jika harus dipersimpangan
nikmati saja bening sungai dikaki waktu
melangkah tak harus beriring
menapak tak harus sejajar
dik teruslah ketiktik pastiNYA
seperti setia menunggu waktu
mengemas bosan disaku rindu
dik
itu
aku

Selain hoby menulis dan membaca puisi, saat sekolah di  SUPM Bogor,  Suyatna juga masuk geng penekun ilmu Kanuragan dengan berguru pada Aa Yusuf di Ciapus. Boleh jadi karena merasa punya ilmu kanuragan dan anti bisa ular dari gurunya itu, Suyatna bersama geng teman seangkatannya Aep Gumiwa, Arifuddin Ali dan Agus Rochdianto dicap oleh gurunya Walson Sinaga sebagai “Trouble Maker”. Pembuat masalah sehingga perlu mendapat pengawasan khusus. “Ah...itu masa lalu, semua ilmu kanuragan itu sudah saya tinggalkan sejak lama,” katanya berterus-terang.

Lulus dari SUPM Bogor tahun 1983, Suyatno ditempatkan sebagai PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) Perikanan di Masohi, Maluku Tengah. Setelah bekerja sebagai PPL selama enam tahun, pada tahun 1989 dirinya mendapat bea siswa sekolah dinas Diklat APP Malang di Sidoarjo pada 1989.

Saat sekolah di Sidoarjo ini, Suyatna yang hoby minum air kata-kata sejak tinggal bersam,a nelayan di Maluku ini menjalin kasih dengan Siti Latifah yang bekerja di sebuah perusahaan di Sedati, Sidoarjo. Beberapa bulan pacaran, Siti Latifah yang asli dari Desa Campur Darat Kabupaten Tulungagung lantas dinikahi secara resmi di depan penghulu tahun 1992. Dari rahim Siti Latifah ini, Suyatna dikaruniai tiga orang anak masing-masing Astry Diha Cahya Fajarini, S.Pd, Muhammad Taufiq Grha Prassaty dan Azzahara Fitria Khoirunnisa.

“Saya sekarang sudah jadi kakek dari anak sulung. Sedangkan anak kedua masih kuliah di UGM Yogya dan anak bungsu masih sekolah sekaligus mondok di Ponpes Tebu Ireng, Jombang,” terangnya

Menurut Suyatna, setelah lulus dari APP Malang di Sidoarjo dirinya kembali lagi ke Maluku untuk bekerja sebagai PPL Perikanan yang kemudian mengajukan pindah bekerja ke Tulungagung. Saat bertugas sebagai Penyuluh di Tulungagung inilah Suyatna yang sudah dikaruniai seorang cucu ini meneruskan sekolahnya di STTP Malang hingga lulus dan menyandang gelar S.ST,P (Sarjana Sain Terapan Pertanian)

Di sela-sela pekerjaannya sebagai penyuluh perikanan, Suyatna yang sudah bergelar haji dan mengaku sudah meninggalkan hobynya minum air kata-kata ini tetap setia menulis puisi. Banyak puisi yang sudah ditulisnya. Baik itu puisi tentang Cinta, Protes Sosial, Nasionalisme maupun Rohani.   

 “Berapa jumlah pasti puisi yang pernah saya tulis saya lupa. Jumlahnya sudah ribuan karena saya menulis sejak di bangku sekolah,” pungkas penggemar rokok Ji Sam Su ini sambil menyodorkan salah satu pusinya.

Bunga Asa Cinta Dinda ( dinda L )

salam pagi penuh cinta kasih Nya
tuan dancukan puan guatelan pun berebut cinta
penuh basa sangat basi pastiNya
kita hanya bisa diam kan dinda
bangkai keraguan sudah lama terkubur
ditanah kerguan dilahan keserakahan
dibukit kenistaan
disungai
lembah kalimat cintaNya
mesti tuan dancukan puan guatelan terus saja mengkavling
hak dan kewajiban atas nama kesejahteraan
sambil menyembunyikan kebenaranNya
dinda ibu kita masih sama pertiwi namaNya
susu paha puki dada sudah setengah bernyawa
digadaikan tuan dancukan puan guatelan
atas nama pembangunan berkelanjutan
dengan pondasi dasar kue ongolongol
kita tak lelah kan dinda memperkosa hasrat
hingga darah tetap mengalir dalam aorta
membariskan birahi dalam cinta kasihNya
membiarkan anakanak mencairkan mimpimimpiNya
melelehkan hati nurani dalam wadah kesucian
bathin hati dan memenjarakan fikir
dikehampaan kesadaranNya
dinda kita masih samakan
merasakan rindu
merasakan cinta
merasakan rasaNya
tanpa harus membuang materi duniawi
pada tuan dancukan dan puan guatelan
toh kita tetap kaya
cinta kasihNya
dinda
biarkan terus begini dalam
rengkuh tangan kasihNya



Senin, 15 April 2019

Budidaya Ikan Patin di Kolam Tanah

 
Benih patin siap ditebar dan dipelihara di kolam tanah
 
Ikan patin (Pangasius sp) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang belakangan makin populer dan digemari masyarakat.

Kondisi tersebut dapat dilihat dari makin banyaknya bermunculan restoran / warung makan yang menyediakan menu ikan patin.   
 
Makin digemarinya ikan patin sebagai lauk pilihan masyarakat merupakan peluang pasar potensial yang patut dilirik. Namun sayang sekali, peluang pasar tersebut belum bisa dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat dan pembudidaya ikan di Tabanan karena adanya berbagai kendala.

Salah satu kendalanya adalah belum dikuasanya teknik budidaya ikan patin. Terkait hal itu, maka agar bisa berhasil, teknik budi daya yang baik dan benar memang harus diterapkan. Dengan cara ini,
maka keluhan sering terjadinya kematian benih patin pada masa awal pemeliharaan sebelum berumur 30 hari tidak terjadi lagi. Semoga informasi ini, dapat membantu masyarakat dan pembudidaya ikan ( khususnya para pemula) untuk memperbaiki cara pemeliharaan patin.

Kontruksi Kolam
Pembesaran patin bisa dilakukan di kolam tanah atau bak tembok. Luas kolam disesuaikan dengan ketersediaan lahan. Idealnya luas kolam minimal 300 M2. Konstruksi dasar kolam dibuat melandai ke arah pintu pembuangan air sehingga saat panen kolam bisa dikeringkan.Pada setiap petak kolam sebaiknya dilengkapi dengan pipa pembuangan air yang dipasang dengan system monik (membentuk huruf “L”) sehingga ketinggian airnya bisa diatur.              

Persiapan Pemeliharaan
Keringkan kolam/bak. Untuk kolam tanah, jika dasarnya berlumpur cukup setebal 2 cm saja. Sebelum lumpur kolam kering perlu ditaburi kapur tohor 50 – 100 gram/M2. Untuk bak tembok, kapur tohor bisa dilaburkan ke dinding bak.


Berikan pupuk kandang bersamaan penggenangan kolam. Sebaiknya yang diberikan bentuk larutannya tidak bersama ampasnya. Kebutuhan pupuk 250 – 500 gram/M2  dan genangan air cukup sedalam 30 cm
 
Setelah warna air berubah hijau kecoklatan atau mulai terlihat jentik-jentik nyamuk, dan serangga air bermunculan, kolam siap di tebari benih.

Penebaran Benih
Pilih benih patin yang sehat (gerakannya lincah) dan ukurannya seragam.        Sebaiknya dipilih benih berukran 5 – 8 Cm ( minimal 2 inc). Padat tebar benih 5 -10 ekor/m2. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada sore hari.
           
Cara penebaran benih sebaiknya melalui aklimatisasi agar benih tidak stress. Caranya, masukkan air kolam ke dalam ke wadah pengangkut benih (kantong plastik atau ember) sedikit demi sedikit sampai penuh. Tenggelamkan wadah dengan posisi mendatar, biarkan sebagian wadah berisi udara dan tetap di atas permukaan air.
 
Biarkan benih keluar dengan sendirinya. Jangan dituangkan atau di taburkan langsung ke kolam untuk menghindari stress.

Pangaturan Air
Sampai umur 3 minggu, setiap hari ketinggian air kolam cukup ditambah 5 cm setiap pagi. Tanpa melepas pipa-pipa pembuang air, selanjutnya setiap pagi saja memasukkan air selama 1 jam. Ketika air dimasukkan ke kolam maka otomatis air lapisan dasar (yang kotor ) akan terbuang. 

Jika tidak memiliki sumbar air tetap, pemasukan/pengeluaran air kolam dapat dilakukan setiap tiga hari sekali. Cukup kira-kira 20 persen atau seperlimanya saja. Selama masa pemeliharaan, ketinggian air kolam dipertahankan pada kisaran 80 – 150 Cm

Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan untuk patin dapat berupa pakan buatan pabrik berbentuk butiran atau pellet (batangan), ikan rucah atau pakan buatan sendiri berbentuk pasta. Pakan berbentuk pasta padat dapat dibuat sendiri, dengan campuran tepung ikan, dedak halus dan kanji dengan perbandingan 5 : 4 : 1 bagian. Semua bahan dicampur dalam keadaan kering, kemudian dikukus. Setelah dikukus, campuran pakan tersebut dibentuk menjadi bulatan-bulatan bola. Jika sudah dingin siap diberikan.

Setiap hari, pakan diberikan dengan dosis 3 persen dari bobot total ikan yang dipelihara. Frekuensi pemberian pakan 2 – 3 kali dalam sehari, yakni pada waktu pagi, siang dan sore hari.

Panen  
Dalam jangka waktu pemeliharaan sekitar enam bulan, ikan patin sudah bisa dipanen. Ukuran ikan yang dipanen berkisar 500 – 600 gram/ekor. 

Berdasarkan hasil kajiterap yang dilakukan di BBI Bolangan, Tabanan, Bali, kelangsungan hidup ikan patin yang dipelihara di kolam ini berkisar 70 – 80 persen. Konversi pakan berkisar 1,4 – 1,5. Artinya, untuk menghasilkan 1 Kg ikan, diperlukan pakan sekitar 1,4 – 1,5 Kg. 

Cara panen ikan patin cukup mudah. Keringkan air kolam sampai tertinggal  kira-kira 5 cm. Patin ditangkap menggunakan seser (sau). Hasil tangkapan ditampung dalam sebuah hapa, kemudian dibilas dengan air untuk membersihkan lumpur. Ikan yang sudah bersih, kemudian ditampung dalam wadah pengangkut siap untuk dijual. (Agus Rochdianto )