Minggu, 28 Desember 2008

Dana Abadi Kemang--Updated Desember

Rekan-rekan, ini data terakhir rekan-rekan yang telah memenuhi komitmen bersama di Kafe Kemang. Tolong dicek siapa tahu saya salah entry. Maafin deh kalau ada yang seperti itu. Sesuai info yang masuk, Agus, Syamsuri dan Ali Fahmi kini masuk kelompok yang sudah melunasi komitmennya. Samsudin bahkan telah melebihi komitmen minimal yang ditentukan. Kita ucapkan terima kasih yang buaaannnyyaak dan salut atas komitmen yang telah ditunaikan. Bagi yang belum, Humas kita mengingatkan bahwa kita telah berjanji akan melunasi paling lambat bulan Desember 2008 lho... Tolong para koordinator wilayah mengingatkan para rekan yang lain untuk selalu ingat komitmen tersebut.

Dan jangan lupa.....yaaa..... setelah transfer tolong segera membari konfirmasi kepada Bambang (yang transfer via BSM), atau Aep/Heru (yang transfer via BCA). Ini penting supaya bisa segera dicek ke Bank yang bersangkutan. Siapa tahu ternyata dananya jalan-jalan dulu ke tempat lain...atau bahkan nyasar ke kamar orang lain. Berabe kan...?


No Nama Jumlah
1 Samsudin Rp 650.000,00
2 Aep Gumiwa Rp 500.000,00
3 Agus Rochdianto Rp 500.000,00
4 Ali Fahmi Rp 500.000,00
5 Heru Susanto Rp 500.000,00
6 Syamsuri Rp 500.000,00
7 Totong Rp 500.000,00
8 Wawa Wahyudi Rp 500.000,00
9 Zalfiardi Rp 500.000,00
10 Bambang Gunadi Rp 275.000,00
11 Amrun Kasim Rp 200.000,00
12 Asep Thardiaman Rp 200.000,00
13 Endang Suhendar Rp 200.000,00
14 Engkus Kusman Rp 200.000,00
15 Karyani Rp 200.000,00
16 Ivon Iskandar Rp 150.000,00
17 Iwan Jaya Rp 150.000,00
18 Suyatna Rp 150.000,00
19 Arifudin Rp 100.000,00
20 Budi Santosa Rp 100.000,00
21 Heni Minarti Rp 100.000,00
22 Joni Habib Rp 100.000,00
23 Opik Rp 100.000,00
24 Suwarno Rp 100.000,00
JUMLAH Rp 6.975.000,00

Selasa, 16 Desember 2008

Ikan Nila, dari Masa ke Masa

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan air tawar yang sangat populer dibudidayakan di Indonesia. Ikan nila ini juga merupakan salah satu jenis yang paling sering diteliti dan direkayasa genetiknya. Oleh karena itu, wajar saja bila saat ini mayarakat (pembenih dan pembudidaya ikan) mengenal banyak "jenis" ikan nila dengan beragam keunggulan yang ditawarkan.

Bila ditelusuri asal-usulnya, ikan nila merupakan ikan asli dari perairan sungai Nil di Mesir. Dari Mesir ikan yang mudah berkembang biak dan memiliki sifat yang toleran terhadap perubahan lingkungan ini berkembang ke negara lain di benua Afrika. Dari benua Afrika, lantas menyebar ke berbagai negara di belahan benua lainnya.

Ikan nila pertama kali dimasukkan ke Indonesia dari Lukang Research Station Taiwan, oleh Lembaga Penelitian Perikanan Darat (LPPD) Bogor pada tahun 1969 untuk diteliti. Setelah beberapa tahun diteliti dan dikembangbiakkan, ikan ini akhirnya disebarluaskan ke masyarakat untuk memperkaya jenis ikan budidaya di tanah air.

Masyarakat ternyata menyambut antusias kehadiran ikan nila yang memiliki warna kehitaman ini. Maklum saja, jenis ikan ini memang mudah berkembang biak, memiliki pertumbuhan cepat, sangat toleran terhadap perubahan lingkungan, relatif tahan terhadap serangan penyakit serta bisa menyantap berbagai jenis pakan yang ada dan diberikan di wadah budidaya.


Nila merah

Selain nila warna hitam, sekitar awal tahun 1980-an masyrakat juga mulai mengenal ikan nila warna merah. Ikan nila merah yang didatangkan dari Filipina ini merupakan tetra hibrid yakni hasil persilangan dari empat spesies berbeda dari genus Oreochromis yaitu: O. mossambicus (mujair), O. niloticus (nila), O. hornorum dan O. aureus (aurea). Pada akhir tahun 1980-an juga muncul nila merah yang didatangkan dari Thailand yang dikenal dengan nama Nila Chitralada.

Ikan nila merah yang beredar di masyarakat selain keturunan dari kedua jenis nila merah tersebut di atas, boleh jadi merupakan hasil persilangan dari keduanya atau persilangan dengan nila hitam yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari makin beragamnya jenis nila merah. Ada yang warnanya merah, putih (albino), kombinasi merah dan albino, kombinasi merah dan hitam atau kombinasi dari warna-warna tersebut.



Nila GIFT dan GET



Pada pertengahan tahun 1990-an, Indonesia juga mendatangkan nila dari Filipina yang dikenal dengan nama nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapia) hasil dari pengembangan International Center for Living Aquatic Resources Management (ICLARM) di Filipina. Berikutnya, pada awal tahun 2000-an, Indonesia juga kembali mendatangkan ikan nila dari Filipina. Ikan nila hasil rekayasa genetika ini dikenal dengan nama nila GET (Geneticaly Enhanched of Tilapia).

Jenis ikan nila GIFT dan GET yang didatangkan dari luar Filipina tersebut merupakan jenis ikan unggul karena dapat tumbuh bongsor sekitar 500 gram dalam waktu relatif singkat ( 4 – 5 bulan). Melihat kelebihannya ini, masyarakat lalu beramai-ramai memelihara kedua jenis ikan nila unggul ini. Maklum saja, selain untuk pasar dalam negeri, ternyata pasar luar negeri juga terbuka lebar untuk daging nila.


Nila Jica dan GESIT

Ikan nila unggul lainnya yang dikenal oleh masyarakat adalah ikan nila Jica yang diperkenalkan oleh Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi. Nila jica merupakan hasil rekayasa genetika yang dilakukan sejak tahun 2002. Proyek ini sepenuhnya dibantu oleh JICA (Japan for International Cooperation Agency) sebuah lembaga donor Pemerintah Jepang, karena itu pula jenis nila ini dinamakan nila Jica. Jenis nila ini didapat dari hasil pengembangan lembaga riset Kagoshima Fisheries Research Station di Jepang. Kemudian, oleh BBAT Jambi, ikan ini dikembangkan lagi, hingga akhirnya muncul varietas nila Jica di tahun 2004. Nila Jica dikenal oleh masyarakat dengan sebutan nila JK (dibaca: Jeka).

Selain nila Jica, juga muncul ikan nila unggul lainnya yang dikenal dengan nama ikan nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia). Ikan nila gesit dihasilkan melalui serangkaian riset panjang yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Ikan nila GESIT adalah ikan nila jantan dengan kromosom sex YY. Yang dibuat dengan metode rekayasa kromosom sex ikan nila jantan normal (kromosom XY) dan betina (kromosom XX). Pemuliaan memerlukan waktu sekitar 6 tahun di Kolam Percobaan IPB Darmaga (2001–2004) dan di BBPBAT (2002–2006). Nila Gesit yang keturunannya berkelamin jantan ini, dikenal juga oleh para pembenih dan pembudidaya ikan dengan nama nila YY (dibaca: way-way)


Nila Nirwana

Selain nila Gesit, pada akhir tahun 2006 juga mencull ikan nila unggul lainnya yang dikenal dengan nama nila Nirwana. Nama Nirwana sendiri merupakan kependekan dari Nila Ras Wanayasa. ikan nila Nirwana muncul dari hasil kerjasama antara Pemerintah Daerah Jawa Barat dan BPPT.

Pemuliaan ikan nila Nirwana berlangsung selama 3 tahun (2003–2006) di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa, Purwakarta. Ikan nila Nirwana merupakan hasil seleksi famili dengan bahan dasar ikan nila GIFT (Genetic Improvement Farm Tilapia) generasi ke enam dan nila GET (Genetically Enchanced Tilapia) dari Filipina.

Dibandingkan generasi sebelumnya, pada generasi ke tiga (F3) pertumbuhan bobot ikan nila Nirwana mengalami peningkatan sekitar 45 persen. Oleh karena itu, untuk mendapatkan varietas ikan nila Nirwana yang semakin baik pertumbuhannya maka, seleksi lebih lanjut perlu terus dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian di BPBI Wanayasa, ikan Nila Nirwana layak dijadikan induk penjenis untuk menghasilkan benih nila yang bermutu. (Agus Rochdianto)